Minggu, 26 Februari 2017

Tarikh Nabawiyah

Aku, memang mengharapkan istri yang semisal Khadijah, keibuan dan shalehah. Aku, memang menginginkan pendamping yang seperti 'Aisyah, muda juga cerdas. Aku, memang memimpikan pasangan  yang laksana Zulaikha, terhormat lagi jelita.
.
Akan tetapi sebuah pertanyaan muncul di benakku.
.
Khadijah adalah seorang janda, apakah aku sanggup seperti Rasulillah, menerima istri yang lima belas tahun lebih tua darinya?
.
'Aisyah adalah seorang pecemburu berat, pernah banting piring di depan para tamu. Sungguh apakah aku bisa sesabar Muhammad, yang menanggapi kemarahan istrinya dengan seutas senyum?
.
Pula, Zulaikha memiliki masa lalu yang suram, pernah menggodai lelaki tampan tanpa rasa malu. Aduhai bisakah aku sebijak Yusuf, yang memaafkan bahkan meminangnya dengan cinta?
.
Ya...  jika istri beliau-beliau yang amat shalehah saja punya sisi kekurangan, apalagi perempuan di zaman ini, kan?
.
Maka benar bahwasanya, sebakda menikah, kita dituntut bukan hanya mencintai kelebihan pasangan, tapi juga memaklumi kekurangan-nya. Lebih dari itu, setelah menyatu kita mesti menjadi hijab bagi satu sama lain. Menutup  aurat hilaf dan kesalahan masing-masing.
.
Sungguh perempuan itu laksana mawar. Maka aku, seharusnya, tidak hanya mencintai bunganya, tapi juga menerima durinya. Yakni kekurangan yang ia miliki.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar